Tuban- Siwalan dan legen menjadi ikon modal usaha bagi masyarakat
desa Tegalbang. Tidak diketahui asal usul adanya pohon siwalan dan pohon legen.
Tetapi ada yang berpendapat bahwa usaha berjualan siwalan adalah usaha turunan
dari orang tua zaman dahulu di Desa Tegalbang.
Nama siwalan dan legen sudah melegenda di telinga semua kalangan
masyarakat daerah manapun terutama dikota sendiri kota Tuban. Sabtu (27/01/18)
seorang pedagang siwalan dan legen di Desa Tegalbang memberikan kajian tentang
usaha nya berdagang siwalan dan legen yang sudah dijalankan sejak tahun 1998
sampai sekarang ini. Karsum (71) th asli warga Desa Tegalbang menikah dengan
Siti Umayah dan di karuniai anak dua perempuan ini mengaku senang dengan usaha
yang ditekuninya yaitu berjualan siwalan dan legen.
Sebab usaha berjualan siwalan dan legen merupakan usaha turunan
yang dialkukan orang tuanya dulu hingga sekarang ia melanjutkannya. Selain itu,
pohon siwalan dan legen yang banyak tumbuh di pekarangan miliknya menjadikan
motivasi karsum untuk tetap melanjutkan usaha yang dirintis oleh orang tuanya
yaitu berjualan siwalan dan legen.
Siwalan dan legen berada pada satu pohon yang sama yaitu pohon
siwalan (pohon bogor) sebutan orang jawa beberapa daerah lain juga menamai
pohon siwalan dengan sebutan pohon Lontar atau Tal. Pohon siwalan (bogor) tidak
dapat tumbuh besar dan tinggi alias kurcil, karena pohon siwalan ini butuh
tempat yang luas untuk tumbuh besar dan berada di tempat yang kering. Pohon
siwalan termasuk pohon yang kokoh dan kuat bisa bertahan hingga dua puluh lima
tahunan. Dan jika sudah berbuah, jarak waktu untuk bisa memanen ialah dua
bulan. Ciri-ciri pohon Siwalan atau Lontar berbatang tunggal dan bisa mencapai
15-30 meter. Mempunyai daun yang besar terkumpul diujung batang serta membentuk
tajuk yang membulat. Helaian daunnya menyerupai kipas berbentuk bulat. Tangkai
daun mencapai satu meter, mempunyao pelepah yang lebardan hitam pada bagian
atas. Sekujur dari daun, batang serta buah mempunyai kemanfaatan bagi manusia.
Cara pengambilan buah siwalan juga harus yang benar, dengan
menggunakan tampar untuk mengikat siwalan dari atas untuk diturunkan kebawah
agar buah siwalan yang panen sempurna tidak lepas dari batangnya. Pohon siwalan
selain dapat berbuah siwalan juga bisa
menghasilkan minuman segar yaitu legen.
Meski berada pada satu pohon
proses pengambilan legen berbeda dengan buah siwalan, legen harus
diambil saat pagi dan sore hari jika tidak diambil akan mengering. Cara
pengambilannya ialah bunga dari pohon siwalan atau manggarnya (nama dalam
bahasa jawa) itu dipotong lalu dipijat-pijat dan ditampung dalam bumbung
(tempat yang terbuat dari bambu). Satu pohon siwalan dapat menghasilkan sekitar
6 liter legen. Untuk harga jualpun tidak menguras kantong saku, satu bungkus
siwalan di bandrol dengan harga dua
belas ribu rupiah sedangkan untuk harga legennya dijual dengan harga tujuh ribu
sampai delapan ribu rupiah perbotol.
Karsum mengatakan “ legen
yang saya jual ini benar-benar asli langsung dari pohon tanpa ada campuran
begitupun dengan siwalannya saya menjual siwalan itu benar-benar pilihan tidak
yang sudah tua/keling”. Tegas ayah dua anak itu.
Daging Siwalan yang sudah tua dan kekuningan serta banyak serat
dapat dikonsumsi secara langsung dan kalau ingin lebih lezata dapat pula
dimasak terlebih dahulu.
Legen dapat bertahan satu hari saja teatpi bisa bertahan lebih
sampai tiga hari jika disimpan dalam lemari es. Cara lain untuk mempertahankan
legen juga bisa dengan direbus sebentar tetapi, dengan cara ini dapat
mengurangi rasa segar dan rasa kealamian minuman legen. Legen selain dapat
diminum secara langsung juga bisa disajikan dengan campuran sirup dan es batu
tergantung selera penikmat. Selain dapat dikonsumsi secara langsung legen dapat
dijadikan menjadi olahan produk seperti, juroh/sirup dan gula merah /gula jawa.
Sepuluh liter legen dapat menghasilkan satu kilogram gula merah.
Umayah mengungkapakan bahwa” semua siwalan dan legen yang ia jual
tidak semuanya dari pohon yang dimilikinya sendiri tetapi terkadang juga beli
dari orang lain atau disetori dari beberapa pihak lain. Dan jika tidak sanggup
mengambil siwalan dan legen dari pohon yang dimilikinya sendiri kita menyuruh
orang untuk mengambilkannya namun kami tidak mempunyai karyawan yang tetap
dalam usaha kami ini”. Ungkap istri karsum.
Penghasilan yang dapat diperoleh setiap harinya dari penjualan
siwalan dan legen kurang lebih lima puluh ribu rupiah. Tapi penjualan siwalan
dan legen kadang juga mengalami pasang surut jika lagi musim dan tepat pada
waktu liburan pendapatan bisa melonjak. Dapat dipastikan musim siwalan itu
berada pada bulan juli sampai agustusan. Untuk daerah pemasaran yang sudah
ditempuh sampai saat ini meliputi: Jakarta, Nganjuk, Kediri, Lamongan dan
wilayah sekitar kota Tuban. Juga melayani pemesanan layan antar.
Halangan yang terjadi pada
usaha penjualan siwalan dan legen ini pada keberadaan barang. Sebab keberadaan
barang tidak selalu ada berpatokan pada musim. Kapanpun ada tetapi, jika tidak
pada musimnya, siwalan sulit didapatkan. Begitupun dengan keberadaan legen,
musim penghujan seperti ini legen juga sulit didapatkan karena bunga siwalan
atau manggar sulit untuk tumbuh karena manggarnya banyak yang jatuh tidak
sempurna menempel pada batang pohon siwalan.
Umayah dan karsum berharap untuk usaha kedepannya ini semakin
lancar, banyak pembeli dan mempunyai toko sendiri yang lebih besar. “Karena
saat ini kami hanya mempunyai lapak kecil diteras rumah dan semoga usaha ini
dapat dikembangkan juga bisa membuat siwalan dan legen menjadi produk olahan
yang inovatif”, tutupnya. (ST)
Komentar
Posting Komentar